MAKALAH
ETIKA
BERUSAHA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen
: Dr. R. Hendaryan., M.M
1.
Rahayu
Juwita (2108090228)
2.
Teni
setiani (2108090278)
3.
Yesi
Lisnawati (2108090330)
4.
Iim
Sukimah
(2108090125)
5.
Cepi
Bahtiar (2108090043)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(FKIP)
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang
berjudul ”Etika Berusaha Dan Tanggungjawab Sosial” bisa terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan, motivasi dari beberapa pihak. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih,
kepada :
1.
Bpk. Dr. R. Hendaryan, M.M, selaku dosen
mata kuliah Kewirausahaan, yang telah memberikan motivasi, saran, masukan dan
ilmu yang beliau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
2.
Orang tua yang telah senantiasa selalu
mendoakan sehingga tugas ini bisa selesai pada waktunya. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Ciamis,
23 Desember 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Semakin besar suatu
organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap organisasi
tersebut. Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan
persaingan oleh karena itu, diharapkan pelaku bisnis dapat menjalankan bisnis
yang memenuhi syarat dalam etika bisnis, baik secara moral maupun norma
masyarakat. Organisasi sebagai suatu system juga diharapkan dapat memiliki
tanggunjawab sosial terhadap masyarakat.
Stakeholder menghendaki agar pelaku bisnis atau perusahaan
dengan segala bentuk bisnisnyaberperilaku etis dan memiliki tanggungjawab
terhadap komunitas, sosial, etika dan hukum. System bisnis beropersi dalam
suatu lingkungan dimana perilaku etis, tanggungjawab sosial, peraturan
pemerintah dan pihak Stakeholder ini menentukan tingkat keberhasilan yang dapat
diraih perusahaan.
1.2
Tujuan
Makalah ini di buat bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah kewirausahaan, dimana makalah ini menjelaskan tentang ruang
lingkup etika berusaha dan tanggungjawab
sosial. Selain itu makalah ini menjelaskan bagaimana cara berbisnis yang sesuai
dengan etika yang sebenarnya, karena etika bisnis sangat penting untuk
mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan
perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan.
1.3
Masalah
Apa yang sebenarnya dimaksud dengan
etika berusaha dan tanggungjawab social? Bagaimana cara menerapkan etika
berusaha dan tanggungjawab social dalam berbisnis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika dan Tanggung
Jawab Sosial
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman
berperilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaan atau berusaha. Etika bisnis sangat penting untuk
mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan
perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Sistem bisnis beroperasi
dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis, tanggungjawab social, peraturan
pemerintah dan perundangan saling berkaitan satu sama lain.
Stakeholder Etika dalam bisnis
diantaranya sebagai berikut:
a)
Konsumen;
konsumen berkepentingan terhadap perilaku etis perusahaan berhubungan dengan
produk.
b)
Karyawan;
merupakan sumber ekonomi perusahaan yang penting.
c)
Investor
penanam modal ; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
dinvestasikan dalam kegiatan usaha perusahaan
d)
Pemilik
dan manajemen; berkepentingan menjalankan kegiatan manfaat kepada pemilik ,
manajemen serta stakeholder.
e)
Pemasokbahan-bahan;
pemasok berkepentingan terhadap perilaku etis berbubungan dengan kemampuan
perusahaan dalam memberikan kelancaran hubungan dengan pemasok.
f)
Organisasi
pekerja; berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk menjamin atau
memenuhi kewajiban untuk kehidupan para karyawan.
g)
Pemerintah
yang mengatur kelancaran aktivitas
usaha; pemerintah dalam mengatur kelancaran usaha melalui berbagai
kebijakan.
h)
Bank
penyandang dana perusahaan atau kreditur; bank maupun kreditur merupakan
sumberdana bagi kelancaran usaha perusahaan.\
i)
Investor
penanam modal; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
didinvestasikan dalam kegiatan perusahaan
j)
Masyarakat;
merupakan pihak yang mengamati kehidupan perusahaan dan adakalanya
memperngaruhi bisnis.
k)
Kelompok
khusus atau mitra usaha; merupakan relasi usaha yang dapat bekerjasama dalam
kegiatan operasional perusahaan.
Salah satu paham mengenai bisnis umum adalah kontradiksi
antara etika, tanggungjawab social dan laba. Seperti yang dikatakan pendiri
bisnis , “sangat mungkin untuk menjadikan hidup layak tanpa membahayakan
integritas perusahaan, perseorangan dan lingkungan.” ( Hodgeett & Kuratko,
1991). Manfaat perusahaan berprilaku etis adalah:
1) Suatu perusahaan akan terhindar dari
seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan reputasi.
2) Kerangka kerja yang kokoh memandu
para manajer dan karyawan perusahaan sewaktu berhadapan dengan rumitnya
pekerjaan dan tantangan jaringan kerja perusahaan yang semakin komplek.
3) Perusahaan yang etis dan memiliki
tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari stakeholder.
4) Banyak perusahaan yang menerapkan
perilaku etis dan tanggung jawab sosial dapat menambah uang dalam bisnis
mereka.
Secara logika ekonomi (pencarian laba) mendominasi dalam
pengambilan keputusan bisnis, tetapi konsekuensi tersebut juga memiliki
konsekuensi terhadap kemanusiaan (pekerja, supplier, konsumen, maupun kehidupan
sosial). konsekuansi pengambilan keputusan tersebut akan menentukan
eksistensiperusahaan kedepan. Keputusan etika yang tepat sesuai dengan
keinginan perusahaan dan stakeholder akan memberikan beberapa keuntungan
sepertiimage yang baik, reputasi disamping laba dalam jangka panjang ( Hunger
& Whellen,2000; Cullen, John,2005).
2.2 Dilema Etika Dalam Manajemen
Etika muncul disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: (
Hunger & Whellen, 2000: Kuratko & Hodgetts, 2007).
1)
Perbedaan
norma dan nilai budaya yang berbeda untuk setiap Negara, bahkan secara
geografis maupun etnis.
2)
Tahap
perkembangan nilai universal,yakni perkembangan moral yang terbentuk dari
keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai univerasal. Perkembangan moral
individu berjalan melalui tahap preconvetional,
conventional, sampai tahap principle
3)
Nilai-nilai
individu dalam praktik manajemenperusahan, baik manjemen puncak maupun
stakeholder.
4)
Tantangan
kuatnyamashabrelativisme moral yang mengatakan bahwa moral bersifat relative
pada pribadi, sosial dan budaya.
Studi empiris Shailendra, et . al, (1997), menmukan empat
faktor dilemma etika diantaranya: conflict of interest , personality traits,
social responsibility to stakeholder dan level of openness.
Hunger & Whellen, (2000) member solusi pendekatan dasar
yang dapat digunakan sebagai titik awal pertimbangan pengambilan keputusan
etika adalah:
1) Pendekatan Utilitarian
2) Pendekatan hak individu
3)
Pendekatan
keadilan
2.3 Filosofi etika dan tanggungjawab
sosial
Etika
adalah tatanan nilai moral dan standar perilaku yang membentuk dasar bagi
orang-orang dalam suatu organisasi sewaktu mereka membuat keputusan dan
berinteraksi dengan pihak stakeholder dalam perusahaan.
Tujuan
etika adalah untuk memungkinkan individu membuat berbagai pilihan di antara
perilaku alternatif.
Banyak
praktek manajemen perusahaan yang dengan mudah mendapatkan masalah dalam
tindakan tidak etis dan ilegal, yang sampai sekarang masih dipertanyakan dan
menjadi bahan kajian antara lain (Cavanagh dalam Hunger & Whellen, 2000)
1. Kelalaian
praktek manajemen pada tenaga nuklir, persenjataan dan pabrik bahan kimia serta
limbah industri.
2. Menolak
memberikan perlindungan, pinjaman kepada minoritas.
3. Pembuangan
limbah yang tidak pada tempatnya.
4. Produk
dan penjualan produk rusak.
5. Keselamatan
kerja dan kejahatan ekonomi sosial.
6. Diskriminasi
dalam sex, ras, suku.
Dari sudut pandang
strategi, suatu perusahaan wajib mempertimbangkan tanggungjawab sosial di mana
bisnis menjadi bagiannya. Argumen yang berkaitan dengan perilaku manajemen
perusahaan dalam etika dan tanggungjawab sosial adalah Hunger & Whellen
(2000):
1. Moralitas
2. Pemurnian
kepentingan diri sendiri
3. Teori
investasi
4. Mempertahankan
ekonomi
Beberapa ranah etika
dan tanggungjawab sosial yang dapat dijadikan landasan dalam melakuakan
kegiatan secara etis dan tanggungjawab agar mampu diterima di area bisnis
nasional maupun multinasional harus patuh pada beberapa hal, sebagai berikut:
1. Konsumen,
penyediaan produk dan aman, memberikan harga produk yang wajar, serta kemudahan
konsumen mendapatkan informasi terhadap produk yang dikonsusi. Menurut Zimmerer
(1986), beberapa hak pelnggan di antaranya hak keamanan, hak untuk mengetahui,
hak untuk di dengar, hak untuk pendidikan, hak untuk memilih.
2. Penanaman
modal, perusahaan memiliki kewajiban dalam menyediakan pengambilan investasi
investor yang menarik dengan memaksimumkan laba perusahaan.
3. Tenaga
kerja, perusahaan bertanggungjawab terhadap karyawan mulai dariperencanaan,
perekrutan, pengajian, orientasi, penempatan keselamatan kerja serta
kesejahteraan.
4. Wilayah
usaha, menjaga perubahan politik lokal dan transfer teknologi. Memiliki efek
negatif yang minimal terhadap ekonomi dan kebijakan lokal. Melkukan bisnis
sesuai dengan hukum.
5. Sosial
umum, menjaga kelestarian lingkungan, perlindungan kepentingan masyarakat umum.
Tanggungjawab sosial
bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna kelangsungan hidup
perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko (1990)
secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi,
praktik bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan
kemanusiaan, produk maupun jasa serta komunitas.
David Mc Clelland
(1961) dalam Zimerrer & Scarborough (1998)memberikan solusi awal uji etika
untuk menilai perilaku. Beberapa uji etika yang menilai perilaku:
a. Prinsip
berfaedah. Memilih kebaikan yang terbesar untuk jumlah orang banyak.
b. Kan’s
categorical imperative. Bertindak sedemikian rupa sehingga tindakan yang di
ambil menjadi hukum universal
c. Golden
rules. Perlakuan orang sebagaimana Anda mengharapkan mereka memperlakukan Anda.
d. Uji
televisi. Apaka kolega nyaman untuk menjelaskan tindakan pada pemirsa televisi
secara nasional.
e. Uji
tandingan. Digunakan untuk memilih yang terbaik dan universal.
f. Uji
masa depan. Respon etika dalam jangka panjang dalam berbagai dimensi ukuran.
2.4
Perilaku Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial
Dimension
of Behaviour
|
Stage
One: Social Obligation
|
Stage
Two: Social Responsibility
|
Stage
Three : Social Responsiveness
|
Response to social presures
|
Maintains low public profile, but if
attaced, user PR methods, to upgrate its public image: denies any
deficiencied, blame public dissatisfaction on ignorance or failure to
understand corporate functions:discloses information only where legally
required
|
Accept responsibility for solving
current problems;will admit deficiencies in former practices meet social
norm;attitude toward critics conciliatory; freer information disclosures than
stage one
|
Willingly discuses activities with
outside group; makes information freely available to the public; accepts
formal and informal inputs from outside groups in decision making; is wiling
to be publicly evaluated for its various activities
|
philanthropy
|
Contributes only when direct benefit
to it clearly shown:otherwhise, view contributions as responsibility of
individual employees
|
Contributes to non controversial and
established causes; matches employee contributions
|
Activities of stage two, plus support
and contributions to new, controversial groups whose needs it sees as
unfulfilled and increasingly important
|
Perusahaan yang dapat berjalan dengan
baik/survival memasuki tahap dua dan tiga dalm respon tanggung jawab sosial.
Aktivitas perusahaan sudah memasukan program tanggung jawab sosial, proaktif
memiliki keinginan mengevaluasi setiap aktivitas yang berhubungan dengan publik
( social responsiveness ). Setiap keputusan manajer perusahaan mempertimbangkan keinginan
stakeholder ( penyesuaian inside group dan outside group ) sebagai bagian
integral dari kehidupan perusahaan.
2.5 Keputusan Etika dan Tanggung Jawab
Sosial
Dalam
pengambilan keputusan etika banyak model dapat digunakan untuk membuat
keputusan etika, apakah perilaku dalam praktik nantinya etis atau tidak etis.
Zimmmerer (1996) memberikan prinsip-prinsip umum etika yang mengarahkan
perilaku, yaitu :
1.
Kejujuran. Pengusaha harus memiliki
prinsip penuh kepercayaan, bersikap jujur, tidak melakukan kecurangan, tidak
berbohong,tidak mencuri.
2.
Integritas. Memegang prinsip kebenaran,
melakukan kegiatan dengan terhormat, berani dan penuh pendirian.
3.
Memelihara janji. Pengusaha yang baik
selalu memegang janji, mentaati janji, penuh komitmen dan dapat dipercaya.
4.
Kesetiaan. Hemat dan loyal kepada
keluarga, perusahaan, bangsa dan negara. Mampu memegang rahasia dan melakukan
kegiatan secara tepat dalam konteks profsional.
5.
Keadilan. Berlaku adil dan berbudi
luhur, bersedia mengakui kesalahan dan kebaikan orang lain, toleransi terhadap
keberagaman.
6.
Suka membantu orang. Saling membantu,
suka menolong, memiliki belas kasihan terhadap orang lain maupun masyarakat.
7.
Hormat kepada orang lain. Menghormati
martabat orng lain, menghormati hak dan kebebasan orang lain.
8.
Kewarganegaraan yang bertanggung jawab.
Berlaku sebagai warga negara yang baik, mentaati aturan agama, negara, penuh
kesadaran sosial.
9.
Mengejar keunggulan. Melakuakan kegiatan
dengan baik sesuai kemampuan dan kompetensi. Mengejar keunggulan dalam segala
hal dan penuh komitmen.
10.
Dapat dipertanggung jawabkan. Segala
kegiatan atau aktivirtas dapat dipertanggungjawabkan secara moral, legal
formal.
Michael
Bonner, et.al.,(1987) memunculkan model proses pengambilan keputusan etika
dengan memasukkan elemen sumber daya perusahaan dan lingkungan eksteren bagi
penentu perilaku etis. Beberapa elemen tersebut adalah lingkungan kerja,
lingkungan pemerintah dan legal formal, lingkungan sosial, profesional,
personal dan atribut individu.
Dalam aplikasi, pengambilan keputusan etika
mempergunakan rantai keputusan konsep overwhelming factor ( faktor yang menekan/situasional), yang pada
situasi tertentu membenarkan tindakan mengesampingkan salah satu atau beberapa
elemen tersebut.
Disini
kebijakan manajer berperan. Jika pada suatu situasimuncul faktor penekan, maka
aturan yang digunakan adalah prinsip efek ganda. Jika alternatif yang dipilih
dimaksudkan untuk memaksimumkan akibat yang baik dan meminimumkan akibat yang
jelek, maka menajer perusahaan yang membuat keputusan memiliki kecenderungan
mendapat simpati, jika keputusan tersebut dipermasalahkan secara legal formal (
Donaldson, Thomas, 1989; Bonner, et.al,. 1987: William, 1991)
Cullen
, B. John (2005:129) memberikan model alur analisis pengambilan keputusan etika
perusahaan secara lebih rinci, sebagai berikut :
1. Analisis
ekonomi (economic analysis). Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui
kemampuan bisnis dalam mendatangkan profit sebagai bentuk tanggung jawab
ekonomi kepada stakeholder.
2. Analisis
legal (legal analysis). Analisis legal fokus pada kesesuaian operasional
perusahaan (rules of the games) dengan legalitas formal antar Negara (host or
home country law).
3. Analisis
etika organisasi (organizational ethical analysis). Analisis etika organisasi
digunakan untuk kesesuaian budaya organisasi perusahaan dengan etika yang
diterapkan.
4. Analisis
sensitivitas budaya (cultural sensitivity analysis). Analisis sensitivitas
budaya digunakan untuk kesesuaian etika dengan budaya local di mana perusahaan
beroperasi.
5. Analisis
personal (personal analysis). Dan analisis personal focus pada kesesuaian
dengan moral dan kepercyaan personal stakeholder.
Tantangan perkembangan lingkungan
dan respon yang cepat dari masyarakat akan peran serta perusahaan terhadap
kehidupan social,mengharuskan perusahaan cepat aktif dalam aktifitas tanggung
jawab social. Hawken dan McDonough (1993) dalam Koratko and
Hodgetts
(2007)memberikan langkah awal secara praktis dan strategis guna kepekaan
terhadap tanggung jawab social. Enam langkah menuju bisnis yang baik (seven
step to doing good bussines):
1. Melakukan
efesiensi dengan pemotongan biaya yang tidak perlu (eliminate the concept of
waste).
2. Memperbaiki
system pertanggung jawaban (restore accountability).
3. Produk
yang dihasilkan mereflesikan biaya yang dikeluarkan (make prices reflect cost).
Standar etika perusahaan
1.
Ciptakan
kepercayaan perusahaan. Pengusaha menciptakan norma atau kepercayaan dan
tanggung jawab etikanya.
2.
Kembangkan kode
etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar prilaku dan prinsip etis
atau di kenal dengan dengan kode etik yang di harapkan mampu memberikan
perilaku standar minimal yang di
harapkan dari manajemen. Kode etik memuat jenis perilaku yang di harapkan dan
memberikan kongkrit di perusahaan bagaimana berprilaku secara etis setiap hari
dalam perusahaan.
3.
Menjalankan kode
etik secara adil dan konsisten. Pihak manajemen harus menjalankan perilaku etis
setiap hari dan manajer wajib memberikan hukuman apabila ada yang melanggar
kode etik tersebut.
4.
Mempekerjakan
orang yang tepat. Perilaku etis yang diharapkan tergantung perseorangan yang di
sertai nilai moral yang tinggi membantu pencapaian perilaku yang etis.
5.
Adakan pelatihan
etika. Membangun dan mempertahankan standar etika. Program pelatihan akan
menimbulkan kepedulian perilaku etis dan meningkatkan sistem nilai perusahaan.
6.
Lakukan audit etika
secara periodik. Melakukan penilaian secara periodik terhadap pelaksanaan etika
perusahaan.
7.
Pertahankan
standar yang tinggi tentang tingkah laku etis
8.
Pemimpin
memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga merupakan tolak ukur
perilaku bawahan.
9.
Ciptakan budaya
yang menekankan komunikasi dua arah. Karyawan diberikan kesempatan memberikan
respon, tanggapan, melaporkan kepada atasan yang tidak etis. Sedangkan pemimpin
memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk merespon pelaksanaan perilaku etika
tersebut
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar
etika. Bawahan dilibatkan dalam perancangan dan implementasi etika dalam
perusahaan. Bawahan diberikan kesempatan untuk menawarkan umpan balik mengenai
standar etika yang ditetapkan.
Simple
Case Study
Tuan
Hts adalah seorang pengelola sebuah perusahaan yang dibidang jasa transportasi.
Ia memiliki prinsip lakukan sesuai dengan baikdan benar walaupun hanya prilaku
kecil. Setiap hari ada pelanggan yang melakukan transaksi melalaui telepon
kantor. Banyaknya karyawan memiliki prilaku yang beragam. Salah satunya
memunculkan berbagai sikap dalam menerima telepon dari rekan bisnis, kolega
atau pelanggan.
Ketidaksengsaraan
perilaku dalam menerima telepon membuat Tuan Hts khawatir, jangan-jangan banyak
rekan bisnis, kolega atau pelanggan yang tidak puas dengan cara berkomunikasi
lewat telpon. Tuan Hts mencoba membuat kode etik menerima telepon untuk setiap
karyawan, dibuat pigura dan dipasang dekat mesin telepon kantor, sehingga
setiap karyawan yang menerima telepon akan membaca. Kode etika menerima telepon
yang dibuat Tuan Hts, adalah:
-
Segera terima
telpon jika berdering
-
Terima telpon
dengan hati senang
-
Angkat telpon
dan beri salam dengan bahasa yang halus
-
Ketahui
identitas penelpon
-
Dengarkan dengan
baik dan jarang menyela
-
Jika yang dicari
tidak ada, tolong dihubungi lain waktu
-
Jika sudah
selesai berikan salam penutup
-
Tutup telpon
dengan baik dan benar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman
berperilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaan atau berusaha.
Tanggungjawab sosial
bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna kelangsungan hidup
perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko (1990)
secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi,
praktik bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan
kemanusiaan,
3.2 Saran
Semoga makalah ini
dapat membentu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis yang sesuai dengan
etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat berjalan
dengan baik dan lancer.
DAFTAR
PUSTAKA
HC. Heru kristanto.2009. Kewirausahaan Enterprenership (kewirausahaan pendekatan manajemen
dan praktik). Jakarta. ISBN.
Williams, Chuck. 2001. Manajemen
Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Robbins, Stephen P and Mary Coulter.
1999. Manajemen Edisi Keenam. PT. Prenhallindo. Jakarta.
Schermerhorn, John R.,Jr. 1998. Manajemen
Buku 1. Andi. Yogyakarta
Wiludjeng SP, Sri. 2007. Pengantar
Manajemen Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.