MAKALAH DEMOKRASI

Posted by : Teni Setiani di 05.27 1 Comments
MAKALAH
DEMOKRASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen : H. Abdurrrachman, Drs, M.Pd


Kelompok : III
Disusun oleh : 1.Teni Setiani (2108090278)
2.Ayu Wayuni (2108090278)
3.Indra Taufik H (2108090136)
4.Neni Widia (2108090278)

Program Studi :
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2009
KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr,Wb.

Puji dan Syukur seraya kita panjatkan kehadirat Alloh SWT tuhan semesta alam, karena kudrot dan irodatnya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Demokrasi”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa ucapan rasa terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini. Sehingga pembuatan makalah ini bisa berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada halangan suatu apapun .
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis dalam menganalisis perkembangan kognitif.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan penulis, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini,
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamualaikum Wr,Wb.

Ciamis, 07 Maret 2010


Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................i
Daftar Isi ................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .....................................................................1
1.2 Batasan Masalah dan perumusan Masalah...........................1
1.3 Tujuan penulisan makalah ..............................................2
1.4 Sistematika Penulisan ..........................................................2

BAB II PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Istilah Demokrasi dan Sejarahnya ..................................4
2.2 Alasan Pelaksanaan Demokrasi di Masyarakat beserta Contoh
Tindakan yang Menentang Demokrasi ……………………..5

2.3 Demokrasi Indonesia dan pelaksanaannya ……………..6

BAB III SIMPULAN dan SARAN
3.1 Simpulan …………………………………………….15
3.2 Saran …………………………………………….16

DAFTAR WEBSITE

ii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.

1.2 Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
Supaya pembahasan makalah ini tidak terlalu luas, maka penulis memberi batasan masalah dengan rumusan konsep sebagai berikut:
1. Istilah Demokrasi dan Sejarahnya
1


2
2. Alasan Pelaksanan Demokrasi di Masyarakat Beserta Contoh Tindakan yang Menentang Demokrasi
3. Demokrasi di Indonesia dan pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam makalh ini adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
2. Menjelaskan Istilah Demokrasi dan Sejarahnya
3. Menjelaskan Alasan Pelaksanaan Demokrasi di Masyrakat Beserta Contoh Tindakan yang Menentang Demokrasi
4. Menjelaskan Demokrasi Indonesia dan Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari:
-Kata Pengantar
_Daftra Isi

-BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
1.2 Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan Makalah

-BAB II PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Istilah Demokrasi dan Sejarahnya
2.2 Alasan Pelaksanaan Demokrasi di Masyarakat beserta Contoh Tindakan yang Menentang Demokrasi
2.3 Demokrasi Indonesia dan Pelaksanaannya

3
-BAB III SIMPULAN dan SARAN

3.1 Simpuan
3.2 Saran
-DAFTAR PUSTAKA
























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Istilah Demokrasi dan Sejarahnya

Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus-
4
5
akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

2.2 Alasan Pelaksanaan Demokrasi di Masyarakat beserta Contoh Tindakan yang Menentang Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi adalah memburaskan (memperbincangkan) tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people rule), dan di dalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur pemerintahan di dunia publik. demokrasi adalah keputusan berdasarkan suara terbanyak Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokrasi yang berwatak anti-feodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan membentuk masyarakat landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada semua orang, dan berarti juga otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk mengatur hidupnya, sesuai dengan apa yang dia ingini. Jadi masalah keadilan menjadi penting, dalam arti dia mempunyai hak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, tetapi harus dihormati haknya dan harus diberi peluang dan kemudahan serta pertolongan untuk mencapai itu.
Salah satu contoh yang menentang demokrasi yaitu pengeroyokan oleh pegawai PN Ambon dan pemidanaan Juhry bukan sekadar tindakan melawan hukum. Lebih dari itu, hal tersebut merupakan tindakan menentang hak masyarakat atas kebebasan informasi, dan dengan demikian melawan demokrasi. Dan orang islam juga ada yang menolak adanya demokrasi di Indonesia yang tiada lain mereka menganggap bahwaDemokrasi itu merupakan sisi lain dari kediktatoran.


6
2.3. Demokrasi Indonesia dan Pelaksanaannya
Negara Indonesia menunjukan sebuah Negara yang sukses menuju demokrasi sebagai bukti yang nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan wakil presiden. Selain itu bebas menyelenggarakan kebebasan pers. Semua warga negar bebas berbicara, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya pemerintahan. Demokrasi memberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat bahkan dalam memilih salah satu keyakinan pun dibebaskan.
Untuk membangun suatu system demokrasi disuatu Negara bukanlah hal yang mudah karena tidak menutup kemungkinan pembangunan system demokrasi di suatu Negara akan mengalami kegagalan. Tetapi yang harus kita banggakan dmokrasi dinegara Indonesia sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat contahnya dari segi kebebasan, berkeyakinan, berpendapat atau pun berkumpul mereka bebas bergaul tanpa ada batasan-batasan yang membatasi mereka. Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna masih banyak kritik-kritik yang muncul terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga negaranya. Dalam hal berkeyakian juga pemerintah belum sepenuhnya. Berdasarkan survei tingkat kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi smakin besar bahkan demokrasi adalah system yang terbaik meskipun system demokrasi itu tidak sempurna.
Dengan begitu banyaknya persoalan yang telah melanda bangsa Indonesia ini. Keberhasilan Indonesia dalam menetapkan demokrasi tentu harus dibanggaan karena banyak Negara yang sama dengan Negara Indonesia tetapi Negara tersebut tidak bisa menegakan system demokrasi dengan baik dalam artian gagal. Akibat demokrasi jika dilihat diberbagai persoalan dilapangan adalah meningkatnya angka

7
pengangguran, bertambahnya kemacetan dijalan, semakin parahnya banjir masalah korupsi, penyelewengan dan itu adalah contoh penomena dalam suatu Negara system demokrasi, demokrasi adalah system yang buruk diantara alternative-alternatif yang lebih buruk tetapi demokrasi memberikan harapan untuk kebebasan, keadilan dan kesejahtraan oleh karena itu banyak Negara-negara yang berlomba-lomba menerapkan system demokrasi ini.
Dalam kehidupan berpolitik di setiap Negara yang kerap selalu menikmati kebebasan berpolitik namun tidak semua kebebasan berpolitik berjalan sesuai dengan yang di inginkan, karena pada hakikatnta semua system politik mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Demokrasi adalah sebuah proses yang terus-menerus merupakan gagasan dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Jika suatu Negara mampu menerapkan kebebasan, keadilan, dan kesejahtraan dengan sempurna. Maka Negara tersebut adalah Negara yang sukses menjalankan system demokrasi sebaliknya jika suatu Negara itu gagal menggunakan system pemerintahan demokrasi maka Negara itu tidak layak disebut sebagai Negara demokrasi. Oleh karena itu kita sebagai warga Negara Indonesia yang meganut system pemerintahan yang demokrasi kita sudah sepatutnya untuk terus menjaga dan memperbaiki, melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada. Demi terbentuknya suatu system demokrasi yang utuh di dalam wadah pemeritahan bangsa Indonesia. Demi tercapaiya suatu kesejahtraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang sesungguhnya akan mengangkat Indonesia ke dalam suatu perubahan.
 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dibagi menjadi beberapa periodesasi:
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 - 1950 ).
Tahun 1945 - 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan
8
baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan
• Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga legislatif.
• Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
• Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama Lama
a. Masa demokrasi Liberal 1950 - 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
• Dominannya partai politik
• Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
• Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
• Bubarkan konstituante
9
• Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
• Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Masa demokrasi Terpimpin 1959 - 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden membentuk DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.
3.Pelaksanaan Demokrasi Baru 1966 - 1998
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat
10
pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi Presiden
5. Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa Reformasi
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
11
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, I
Masa reformasi
B.J Habibie
Kebijkan_Kebijakan:
-Membentuk kabinet reformasi pembangunan
Dibentuk pada tanggal22 mei 1998, dengan jumlah menteri 16 orang yang merupakan perwakilan dari GOLKAR,PPP,dan PDI
-mengadakan reformasi dalam bidang politik
Habibie berusaha menciptakan politik yang transparan, mengadakan pemilu yang bebas,rahasia,jujur,adil,membebaskan tahanan politik,dan mencabut larangan berdirinya Serikat Buruh Independen.
-Kebebasan menyampaikan pendapat
Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap berpedoman pada aturan yang ada yaitu UU.NO.9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum.
-Reformasi dalam bidang Hukum
12
Target reformasinya yaitu subtansi hukum, aparatur penegak hokum yang bersih dan berwibawa, dan instansi peradilan yan independen. Pada masa ORBA yaitu hokum berlaku pada rakyat kecil saja dan penguasa kebal hokum sehingga sulit bagi masyarakat kecil untuk mendapatkan keadilan bila berhubungan dengan penguasa.
-mengatasi masalah dwifungsi ABRI
Jenderal TNI Wiranto mengatakan bahwa ABRI akan mengadakan reposisi secara bertahap sesuai dengan tuntutan masyarakat, secara bertahap akan mundur dari area politik dan akn memusatkan perhatian pada pertahanan negara. Anggota yang masih menduduki jabatan biorokrasi diperintahkan untuk memilih kembali kesatuan ABRI atau pension dari militer untuk berkarier di sipil. Darin hal tersebut keanggotaan ABRI dalam DPR/MPR maka berkurang dan akhirya ditiadakan.
-mengadakan siding istimewa
Sidang tanga 10-13 November 1998 yang diadakan MPR berhasil menetapkan 12 ketetapan
-Mengadakan pemilu tahun 1999
Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung,Umum,Bebas,Rahasia)
Dan JURDIL (Jujur dan Adil).
Gusdur/ Abdurrahman Wahid
Kebijakan_Kebijakan:


13
-Meneruskan kehidupan demokratis seperti pemerintahan sebelumnya (memberikan kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat minoritas, kebebasan beragama, memperbolehkan kembali penyelenggaraan budaya Tionghoa).
-Merestrukturisasi lembaga pemereintaha seperti menghapus Departemen yang dianggapnya tidak efisien (menghilangkan Departemen penerangan dan sosial untuk mengurangi pengeluaran anggaran, membentuk Dewan keamanan Ekonomi Nasioanal)
-Ingin memanfaatkan jabatan sebagai Panglima tertinggi dalam militer dengan mencopot Kapolri yang tidak sejalan dengan keinginan Gusdur.
Megawati Soekarno Putri
Kebijakan-Kebijakan:
-Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga persatuan dan kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa bom Bali yang mengakibatkan kepercayaan Dunia Internasional berkurang.
-Memebangun tatanan politik yang baru
Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan MPR/DPR, dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
-Menjaga keutuhan NKRI
Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasusAceh, Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peritiwa lepasnya TimorTimur dari RI.
14
-Melanjutkan amandemen UU1945
Keluarnya UU tentang otonomi daerah meninmulkan penafsiran yang berbeda tentang pelaksanaanotonomi daerah. Karena itu, pelurusan dilakukan dengan pembinan terhadap daerah.
 Susilo bambang Yudhoyono
Kebijakan-Kebijakan
-Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keselurujhan APBN
-Konversi minyak tanah ke gas
-Pembayaran utang secara bertahap kepada PBB
-Buy back saham BUMN
-Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil
-Subsisi BBM
-memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Meningkatkan sector pariwisata “Visist Indonesia 2008”
-Pemberian bibit unggul pada petani
-Pemberantasan korupsi melalui dengan dibentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

BAB III
SIMPULAN dan SARAN
3.1 Simpulan
Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Negara Indonesia menunjukan sebuah Negara yang sukses menuju demokrasi sebagai bukti yang nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan wakil presiden. Selain itu bebas menyelenggarakan kebebasan pers. Semua warga negar bebas berbicara, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya pemerintahan. Demokrasi memberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat bahkan dalam memilih salah satu keyakinan pun dibebaskan.
Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia yang meliputi; pada masa orde lama. Orde baru, masa reformasi yang terdiri dari ; Reformasi pada masa B.J Habibie, Megawati Soekarno putrid, Abdurrahman wahid/Gusdur, hingga presiden yang sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.
15
16
3.2 Saran
Demikian penulisan makalah yang kami susun tentang bahasan Demokrasi. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca. Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
























DAFTAR WEBSITE

http://adit279.com/http:/adit279.com/23
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/mengapa-islam-menolak-demokrasi-t31917/
http://nursetiawanti.wordpress.com/2008/06/04/makalah-demokrasi/
http://kumpulansejarah-di.blogspot.com/2009/11/sejarah-demokrasi.html
http://apaapa.blogspot.com/2009/02/masareformasi







17

MAKALAH TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF

Posted by : Teni Setiani di 05.20 0 Comments
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen : Iis Juwitasari, Dra, M.Pd

Kelompok : III
Disusun oleh : 1. Ayu Wahyuni ( 2108090040 )
2. Cintia Ahmandhita ( 2108090046 )
3. Indra Taufik H ( 2108090136 )
4. Teni Setiani ( 2108090278 )
5. Nita Hermawati ( 2108090328 )
Program Studi :
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2010

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr,Wb.

Puji dan Syukur seraya kita panjatkan kehadirat Alloh SWT tuhan semesta alam, karena kudrot dan irodatnya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Perkembangan Kognitif”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa ucapan rasa terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini. Sehingga pembuatan makalah ini bisa berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada halangan suatu apapun .
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis dalam menganalisis perkembangan kognitif.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan penulis, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini,
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamualaikum Wr,Wb.

Ciamis, 21 April 2010


Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................1
1.2 Batasan Masalah dan Perumusan Masalah .......................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .................................................3

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Definisi Perkembangan Kognitif .........................................4

2.2 Tahapan Perkembangan Kognitif .......................................4

2.3 Proses Perkembangan Kognitif ...........................................4

BAB III SIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan ...........................................................................19

3.2 Saran ................................................................................19

DAFTAR WEBSITE ................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori Perkembangan Kognitif, adalah teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
2.2 Perumusan Masalah dan Pembahasan masalah
Supaya pembahasan makalah ini tidak teralu luas, maka penulis memberi batasan masalah dengan rumusan sebagai berikut :
1. Menjelaskan Definisi Perkembangan Kognitif
2. Menjelaskan Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Kognitif
3. Menjelaskan Proses Perkembangan Kognitif

1
2
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
2. Menjelaskan Definisi Teori Perkembangan Kognitif
3. Menjelaskan Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Kognitif
4. Menjelaskan Proses Perkembangan Kognitif
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari :
-KATA PENGANTAR
-DAFTAR ISI
-BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan dan Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
-BAB II PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Definisi Teori Perkembangan Kognitif
2.2 Tahapan Perkembangan Kognitif
2.3 Proses Perkembangan Kognitif
3
-BAB III SIMPULAN dan SARAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
-DAFTAR WEBSITE














BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa; mulai dari proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep anstrak dan logis.
Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut ”skema” atau pola tingkah laku.
2.2 Tahapan Perkembangan Kognitif
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap-

4
5
perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode.
pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek-
6
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
7. Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan-
7
bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.

8
Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.
Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.

9
Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Berfikir melalui perbuatan (gerak)
b) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan bicara.
c) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d) Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
2. Periode praoperasional (usia 2-7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
10
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.
b) Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat irreversible.
c) Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.
d) Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi mereka.
11
e) Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
f) Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.
3. Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.


12
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:
1. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh. Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkunganitu.
2. Melihat dari berbagai macam segi. Anak mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
13
3. Seriasi Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnuya.
4. Klasifikasi Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi.
5. Bilangan. Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
6. Ruang, waktu, dan kecepatan. Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
7. Probabilitas. Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
8. Penalaran. Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
9. Egosentrisme dan Sosialisme. Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
14
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif sintifik, dan abstrak reflektif.
# Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan yang real. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum menyadari bahwa cara
15
berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.
# Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
# Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.
Beberapa Konsep dalam Teori Piaget.
Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu;
1. Intelegensi. Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P. Suparno,2001:19).

16
2. Organisasi. Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih tinggi.
3. Skema. Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang.
4. Asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
1. Akomodasi.Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang ada.
2. Ekuilibrasi. Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
17
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
2.3 Proses Perkembangan Kognitif
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang
sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
18
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa; mulai dari proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep anstrak dan logis. Jean Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia, mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk setiap orang. Keempat tahap perkembangan itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai berikut :
1. Tahap sensorimotor: umur 0 – 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
2. Tahap pra-operasional: umur 2 – 7 tahun (Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep intuitif)
3. Tahap operasional konkret: umur 7 – 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret)
4. Tahap operasional formal: umur 11 ke atas. (Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta logis dan probabilitas )
3.2 Saran
Demikian penulisan makalah yang kami susun tentang bahasan Perkembangan Kognitif. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca. Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
19
DAFTAR WEBSITE

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget-dan-implikasi-dalam-pembelajaran.
20

RANGKUMAN PROFESI KEPENDIDIKAN

Posted by : Teni Setiani di 05.15 1 Comments
RANGKUMAN PROFESI KEPENDIDIKAN
Sumber : PROFESI KEPENDIDIKAN
Oleh : Prof. Dr. H. Hamzah B.Uno, M.Pd
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen : Eni. Marlina, Drs, M.Pd



Disusun oleh : Teni Setiani ( 2108090278 )
Program Studi :

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2010

Berbagai Masalah yang Berpengaruh pada Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu sistem pencerdasan anak bangsa, dewasa,ini dihadapkan pada berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik.
Berkenaan dengan hal itu, kita pun memiliki agenda masa depan untuk membuat tatanan internal baru dalam tubuh bangsa Indonesia. Reformasi wujud pertaubatan kita secara total terhadap berbagai kesalahan yang kita lakukan selama ini.

 Visi Pendidikan
Hendaknya diarahkan untuk menyesuaikan terhadap perubahan paradigma tersebut. Pelaksanaan pendidikan selama ini yang banyak diwarnai dengan pendidikan sarwa negara ( State Driven ) dimasa yang akan dating harus berorientasi pada aspirasi masyarakat (Putting Customers first ).Pendidikan harus mengenali siapa pelangannya, dan dari pengenalan ini pendidikan memahami apa aspirasi dan kebutuhan merek, baru ditentukan sistem pendidikan, macam kurikulumnya, dan pengajarnya. Dimasa depan demokrasi dalam bidang pendidikan harus menjadi rujukan bagi praktik demokrasi di Indonesia. Kita harus mampu hidup dalam suasana schooling and working I democratic state. Visi ini harus ditempuh melalui system pendidikan kita diwaktu-waktu yang akan dating. Visi pendidikan yang berikutnya yang perlu pula memperoleh perhatian ialah meletakan information technology yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan.

 Paradigma Pendidikan
A. Pendidikan sebagai proses Pembebasan
B. Pendidikan Sebagai Proses Pencerdasan
C. Pendidikan Menjungjung Tinggi Hak-Hak Anak
D. Pendidikan Menghasilkan Tindak Perdamaian
E. Pendidikan Anak Berwawasan Integratif
F. Pendidikan Membangun Wadah Persatuan
G. Pendidikan Menghasilkan Manusia Demokratis
H. Pendidikan Menghasilkan Manusia yang Peduli Terhadap lingkungan
I. Sekolah Bukan Satu-Satunya Instrumen Pendidikan

 PROFESIONALISME GURU
Menurut Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc lendon (This is Teaching:10) ”Teacher is professional person who conducts classes” yang artinya urur adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas jadi kesimpulannya Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, membimbing peserta didik.
Sedangkan orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar para peserta didik dapat dbelajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keakhlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

 Beberapa prinsip mengajar agar guru dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, adaah sebagai berikut:
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pembelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan penyesuaian dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik ( kegiatan apersepsi ), agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulanghinga tahapan peserta didik menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan/ atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati, meneliti/,dan menyimpulkanpengetahuan yang didapatnya.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun luar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.

Kompetensi dan Tugas Guru
1. Kompetensi Keprofesionalan
Adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil,
Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru:
a. Kompetensi Pribadi
Memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu juga mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan mereka secara individual.
b. kompetensi Sosial
Adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan linkungan mereka (orangtua, tetangga, sesama teman).
c. Kompetensi Profesional mengajar:
1. Merencanakan Sisitem Pembelajaran
-Merumuskan tujuan
-Memilih prioritas materi yang akan diajarkan
-Memeilih dan menggunakan metode
-Memilih dan menggunakan metode sumber belajar yang ada
-memilih dan menggunakan media pembelajaran
2. Melaksanakan Sistem Pembelajaran
-Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat
-Menyajikan urutan pembelajaran yang tepat
3. Mengevaluasi Sistem Pembelajaran
-Memilih dan menyusun jenis evaluasi
-Melaksanakan Kegiatan evaluasi
Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses
-mengadministrasikan proses evaluasi
4. Mengembangkan Sistem Pembelajaran
-Mengoptimalisasi potensi peserta didik
-Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri
-Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut

 Sedangkan Kompetensi guru yang telah dibakukan oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas(1999) sebagai berikut:
1) Mengembangkan Kepribadian
2) Menguasai landasan pendidikan
3) Menguasai bahan pelajaran
4) Menyusun program pengajaran
5) Melaksanakan program pengajaran
6) Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan
7) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
8) Menyelenggarakan program bimbingan
9) Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
10) Menyelenggarakan administrasi sekolah


 Seperangkat Tugas Guru
Menurut Uzer (1990) jenis tugas guru yakni;
Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan peserta didik. Tugas guru dalam bidan kemanusiaan meliputi bahwa guru disekolah dapat menjadi orang tua kedua dan dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai mahluk bermain (homoludens), sebagai mahluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai mahluk berfikir/dewasa (homosapien).

 Peranan Guru dalam Pembelajaran Tatap Muka
Beberapa peranan guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh Moon (1989), yaitu sebagai berikut:
1) Guru Sebagai Perancang Pembelajaran
• Membuat dan memrumuskan TIK.
• Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensip, sistematis, dan fugsional efektif.
• Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
• Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran.
• Media, dalam hal ini guru b erperan sebagai mediator dengan memerhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif dan efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.
2) Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager Of Intruction)
Tujuan umum pegelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belaja, menyediakan kondisi-kondisi yang memunkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang dihrapkannya.
3) Guru Sebagai Pengarah Pembelajaran
Guru mempunyai tugas sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan mengajar. 4 hal yang dapat dikerjakanguru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut:
-Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
-Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
-Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsan pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari.
-Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
4. Guru Sebagai Elevator ( Evaluator of student Learning )
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektifitas, dan efisien dalam proses pembelajaran.
5. Guru Sebagai konselor
Adalah dia diharapkan akan dapat merespons segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran.
6. Guru Sebagai Pelaksana Kurikulum
Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada factor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru.
7. Guru Dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar professional.
8. Tugas dan Tanggung jawab Guru
-Mampu menjabarkan bahan pembelajaran kedalam berbagai bentuk cara penyampian
-Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tinggkat tinggi
-Menguasai berbagai cara belajar yang efektif
-Memiliki sifat yang positif terhadap tugas profesinya
-Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran
-aterampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran
-Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik
-Memahami sifat karakteristik para peserta didik
-Terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada
-Terampil dalam mengelola kelas
Syarat Guru yang Baik dan Berhasil
-guru harus berijazah
-Guru harus sehat jasmani dan rohani
-Guru harus bertakwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik
-Guru haruslah yang bertanggung jawab
-Guru di Indonesia haruslah berjiwa nasional

 Kondisi dan Asas Untuk Belajar yang Berhasil
1. Persiapan Sebelum Mengajar
2. Sasaran Belajar
3.Susunan Bahan Ajar
4. Perbedaa Individu
5. Motivasi
6. Sumber Pengajaran
7. Keikutsertaan
8. Balikan
9. Penguatan
10. Latihan dan Pengulangan
11. Urutan kegiatanBbelajar
12. Penerapan
13. Sikap Mengajar
14. Penyajian di Depan Kelas

 Metode Penyampaian
1. Keunggulan Metode Penyampaian
a. Ceramah/ format penyajian lainnya
b. Diperlukan upaya pemikiran minimal untuk merencanakan penyajian ceramah
c. Berbicara di depan kelas, untuk menambah wibawa
d. Informasi dapat disajikan dengan dengan metode penyajian daripada dngan metode lainnya
e. dapat melayani sejumlah siswa dalam waktu yang sama, yang jadi pembatas hanyalah ukuran ruangan.
f. menambah bahan baru sebelum atau ketika pengajar menyajikan bahan ajar.
g. Metode komunikasi informasi
2. Kelemahan Metode Penyajian
a. Siswa dibatasi keikutsertaannya
b. pengajar diwajibkan menyajikan bahan ajrnya dengan cara yang menarik
c. Ketika guru memberikan ceramah, hendaknya siswa memperoleh pengertian yang sama
d. apabila ada pertanyaan, pengajaran akan terhenti dan beberapa siswa terpaksa menunggu sampai pertanyaan itu terjawab
e. Pengajar sulit mendapatkan balikan dari siswa
f. Terbukti, bahan penyajian lisan saja hanya dapat diingat dalam jangka waktu pendek
g. Penyajian bukan metode yang diterapkan untuk keterampilan psikomotor
3. Penerapan
a. Sebagai pendahuluan
b. Bertujuan untuk memberikan semangat
c. Untuk menyampaikan informasi
d. Untuk memperkenalkan perkembangan mutakhir
e. Sebagai narasumber
f. Untukmemberikan kesempatan kepada siswa menyajikan laporan di depan kelas
g. Sebagai ikhtisar / rangkuman
4. Rencana Keikutsertaan
a. Interaksi aktif
b. kerja di tempat
c. Kegiatan berpikir lain
E. Belajar Mandiri
1. Ciri
2.keunggulan
3. Kelemahan
4. Tata Cara
5. Contoh
6. Kontrak Siswa
7. Buku ajar/ lembar Kerja
8.Buku Belajar Mandiri / Pengajaran Berdasarkan Komputer
9. Pita Rekaman Suara/ Lembar Kerja
Media Pandanf/ Lembar Petunjuk
11.Sistem pengajaran Perseorangan(Personalized System of Intruction)

 KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU
 Spencer membagi 5 karakteristik kompetensi sebagai berikut:
1. Motif ;Sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu
2. Sifat ;Karakteristik fisik
3. Konsep diri ; sikap, nilai, dan image diri
4. pengetahuan ; informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu
5. Keterampilan ; Kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental
 4 Kompetensi Guru Menurut Cooper:
1. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku
2. mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi dibinanya
3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya
4. Mempunyai keterampilan teknik mengajar.
 3 Kompetensi Guru Menurut Nana Sudjana:
1. Kompetensi bidang kognitif
2. Kompetensi bidang sikap
3. Kompetensi Perilaku/ performance
 Menurut Crow dan Crow, Kompetensi Guru Meliputi:
1. Penguasaan subjectmatter yang akan diajarkan
2. Keadaan fisik dan kesehatannya
3. Sifat-sifat Pribadi dan kontrol emosinya
4. Memahami sifat hakikat dan perekmbangan manusia
5. Pengtahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip
6. Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama, etnis
7. Minatnya terhadap perbaikan profesionalisme dan pengayaan cultural
 Adapun Macam-Macam Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru:
1. Kompetensi Profesional
2. Kompetensi Personal
3. Kompetensi Sosial
4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknyayang mengutamkan nilai-nilai sosial.
 Kemampuan Penialian Guru Meliputi:
1. Kemampuan membuat perencanaan pengajaran
2. Kemampuan mengajar dalam kelas
3. Kemampuan mengadakan hubungan antara pribadi siswa

 REFORMASI PENDIDIKAN
Pergeseran paradigma pengelolaan pendidikan dasar dan menengah telah tercermin dalam Visi Pembangunan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam GBHN(1999)“ Mewujudkan system iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin, bertanggung jawab, terampil, serta menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Tahap Perkembangan
1. Tahap Praformal
2. Tahap formalitas
3. Tahap Otonomi

 Pengelolaan Pendidikan Pada Tingkat Sekolah
Yang menjadi kewenangan tingkat sekolah adalah sebagai berikut:
1. menetapkan visi
2. memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tersedia
3. Menetapkan kegiatan ekstra kulikuler
4. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
5. Penghapusan barang dan jasa dapat dilakukan sendiri oleh sekolah
6. Proses pengajaran dan pembelajaran
7. Urusan teknis edukatif yang lain sejalan dengan konsep manajemenpeningkatan mutu berbasis(MPMBS)

 Prinsip-Prinsip kemandirian Dalam MBPS:
1. Penyusunan Rencana dan Program
2. Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS)
3. Pelaksanaan Program Pendidikan
4.Akuntabilitas Pendidikan

PERAN TEKNOLOGI DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Tidak dapat disangkal bahwa teknologi merupakan suatu ‘kawasan” yang dapat membantu memecahkan masalah kehidupan umat manusia dari masa ke masa secara efektif dan efisien.

 Dasar Pemikiran Perlunya Teknologi dalam Pendidikan
Dalam UU No.2 Tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 menegaskan paling tidak terdapat 2 tujuan Pendidikan Nasional, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan. Dalam pasal 37 UU No.2 Tahun 1989, menyiratkan kaidah-kaidah bahwa kurikulum harus dapat memberikan suatu pengrtahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk dapat :
1. Mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan serta kemampuan mengembangkan diri
2.Kemampuan akademikdan/ professional untuk menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan imu pengetahuan , teknologi, maupun untuk kesenian (Soedijarto,1993)

 Tujuan Pembelajaran dan Bahan Ajar Pendidikan Teknologi Mengacu Atas Hal-Hal Sebagai Berikut;
1. Rumusan Tujuan
2. Penegembangan Bahan Ajar
3.Bahan Ajar yang Pokok-Pokok
4. Pembelajaran

 PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DI AREA TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat Bantu mengajar yang seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran, pada umunya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti: waktu persiapa mengajar terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya yang tidak tersedia, atau alasan lain.
 Teori-Teori yang Berkaitan Dengan Sumber Belajar
Ada 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran yaitu:
1. Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi;
2. Metode( strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran;
3. kondisi pembelajaran yang berbeda bias memiliki pngaruh yang konsisten pada pembelajaran.

 Tahapan Sisitem Pembelajaran
1. Perumusan tujuan intruksional umum
2. Analisis tujuan intruksional umum
3. Analisis kemampuan awal siswa
4. Menuliskan tujuan intruksional khusus
5. Mengembangkan tes acuan patokan
6.Mengembangkan strategi pembelajaran
7. Mengembangkan bahan pembelajaran
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Merevisi pembeajaran
10.Melaksanakan evaluasi Sumatif

Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti antara makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Sejumlah pakar memberi nbatasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan oleh Association of Education and Communication Technology (AECT), media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik (Heini,et,1996).

 Peran Media
Konstribusimedia dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
1. Penyajian materi ajar menjadi lebih standar
2. Kegiatan pembelajaran menjadi ebih menarik
3. Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif
4. Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi
5. Kualitas belajar dapat ditingkatkan
6. Pembelajaran dapat disajiakn dimana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan
7. Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih kuat /baik
8. memberikan niali positif
Penjabaran tentang peranan media dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh kemp memberikan wawasan yang luas mengenai pemanfaatan media dalam pembelajran. Selain kemp (1985), Heiich et al. (1996) melihat konstribusi media dalam proses pembelajaran secara globa ditinjau dari kondisi berlangsungnya proses pembelajaran, seperti berikut:
a. Pembelajaran yang bergantung pada kehadiran pengajar
b. Proses pembelajaran tanpa kehadiran pengajar
c. Pendidikan jarak jauh
d. Pendidikan khusus

Media yang Tidak Diproyekdikan:
1. Realita
a. Cutaways/ potongan
b.Specimen/ contoh
c. Exhibit/ permanent
2. Model
- Gambar diam
3. Bahan Grafis
a. Sketsa
b. Diagram
c. Chart/ bagan
4. Papan Display
 Media yang Diproyeksikan
1. OHT
2. Slide
3. Media Audio
4. Media Video
5. Media Berbasis Komputer
-Internet dan e-mail
6. Multimedia kit

MENGURANGI BENANG KUSUT PENDIDIKAN DI ERA OTONOMI PENDIDIKAN
Pendidikan di Indonesia baru sekedar mampu memberikan dampak langsung pendidikan yang diwujudkan dengan ijazah, tetapi belum sampai memberikan dampak pengiring pengajaran yang indikatornya adanya kemampuan daya sainng sumber daya manusia, baik untuk memenuhi tuntutan dunia industri, apalagi persaingan dalam kancah pecaturan dunia.
Beberapa hasil survey yang dilakukan lembaga-lembaga dunia yang kreadibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan, menggambrkan bahwa kreadibilitas bangsa Indonesia dimata dunia tidak semakin memuncak, tetapi justru semakin memudar dalam beberapa tahun ini.
Publikasi yang dikeluarkan oleh IIMD (International Institute for Management development) 2001, yaitu suatu organisasi internasional yang bermarkas
Di kota Lausanne, Swiss. Dari sebanyak 49 negara Indonesia ternyata berada dalam posisi paling rendah , yaitu posisi ke-49. Dari hasil study PERC, Political and Economical Risk Consultancy (2001), menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dri 12 negara Asia.

11 Hal Pertimbangan Birokrasi Pendidikan:
1. Guru harus profesional
2. Melakukan perubahan atas kesaahan pendidikan
3. Kelayakan mengajar dan kesejahteraan guru
4. Efisiensi pemanfaatan anggaran pendidikan
5. depolitisasi kebijakan pendidikan
6. Rekturisasi organisasi
7. Kenaikan Gaji PNS yang direncanakan naik 200 persen seiring dengan akan ditetapkannya Undang-Undang guru dan dosen
8. Memposisikan pejabat pendidikan adalah mereka yang professional
9. Rekrutmen tenaga guru harus professional
10. Memberikan tunjangan layak hidup bagi guru yang masuk purnatugas
11. Mengarahkan siswa ke pendidikan yang sesuai dengan kompetensinya.

MAKALAH SEJARAH SASTRA PERIODE 1961 SAMPAI SEKARANG

Posted by : Teni Setiani di 04.50 0 Comments
MAKALAH
SEJARAH SASTRA PERIODE 1961 SAMPAI SEKARANG
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Sejarah Sastra
Dosen : Teti Gumiati, Dra, M.Pd

Kelompok : V
Disusun oleh : 1. Ai Nurhayati ( 2108090040 )
2. Indra Taufik H ( 2108090136 )
3. Teni Setiani ( 2108090278 )
4. Rismayasari ( 2108090249 )
5. Nita Hermawati ( 2108090328 )
6. Riris Risnawati (2108090247 )
Program Studi :
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2010
KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr,Wb.

Puji dan Syukur seraya kita panjatkan kehadirat Alloh SWT tuhan semesta alam, karena kudrot dan irodatnya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Sejarah Sastra Periode 1961 Sampai Sekarang”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa ucapan rasa terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini. Sehingga pembuatan makalah ini bisa berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada halangan suatu apapun .
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis dalam menganalisis Sejarah Sastra Periode 1961 Sampai Sekarang.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan penulis, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini,
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamualaikum Wr,Wb.

Ciamis, 21 April 2010


Penulis

i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sastra Angkatan Tahun 1961-Sekarang

Pengarang-Pengarang pada angkatan 1961-sekarang selain sebagai sastrawan,juga sebagai politikusyang mempunyai pandangan dan kesadaran politik. Adanya perbedaan-perbedaan mengenai seni dan sastra pada perbedaan pendirian politik, mengakibatkan polemik-polemik yang terjadi antara Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) pada tahun 1950 yang menyangkut “seni untuk rakyat” dengan golongan yang menganut paham “seni untuk seni”. Sehingga pada tanggal 17Agustus 1963 diumumkan “manifes kebudayaan” yang disusun dan ditandatangani oleh sejumlah pengarang dan pelukis dari Jakarta.








1
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH SASTRA TAHUN 1961-SEKARANG

2.1 Sastra dan Politik
Merupakan suatu kenyataan sejarah bahwa sudah sejak awal pertumbuhan sastrawan-sastrawan Indonesia menunjukkan perhatian yang serius kepada politik. Bahkan ada di antaranya yang kemudian lebih terkenal sebagai politikus. Demikian juga para pengarang pujangga baru ialah orang-orang yang aktif dalam dunia pergerakan nasional. Para pengarang pada awal revolusi bukanlah orang-orang yang bersifat a-politis. Seperti Chairil Anwar, Pramaedya Ananta Toer, Achdiat K. Mihardja, Mochtar Lubis merupakan orang-orang yang mempunyai pandangan dan kesadaran politik.
Perbedaan-perbedaan pandangan mengenai seni dan sastra yang berpangkal pada perbedaan-perbedaan pendirian politik, sudah sejak lama kelihatan dalam dunia sastra Indonesia. Pada awal tahun lima puluhan terjadi polemik yang seru juga antara orang-orang yang membela hak hidup Angkatan 45 dengan orang-orang yang mengatakan “Angkatan 45 sudah mampus” yang berpangkal pada suatu sikap politik.

2
3
Pada tahun 1950 berdirilah di Jakarta Lembaga Kebudayaan Rakyat yang kemudian lebih terkenal dengan sebutan Lekra. Lekra dengan tegas menganut “seni untuk rakyat” dan menghantam golongan yang menganut paham “seni untuk seni.
.Dalam gelanggang percaturan politik PKI makin kuat kedudukannya. Tahun 1959 Soekarno mendekritkan UUD 1945 berlaku lagi dan mengajukan “Manifesto Politik” (Manipol) sebagai dasar haluan negara. Manipol memberikan ruang gerak kepada PKI untuk merebut tempat-tempat dan posisi-posisi penting untuk merebut kekuasaan.
Lekra melakukan teror terhadap orang-orang dan golongan yang dianggapnya tidak sepaham. Dalam bidang sastra satu persatu pengarang yang mempunyai paham berbeda dengan mereka, dihantam dan dimusnahkan. Sutan Takdir Alisjahbana yang politis menjadi anggota partai yang dibubarkan (PSI) dan Hamka (Masyumi) menjadi sasarannya. Buku-buku mereka dituntut supaya dilarang dipergunakan.
2.2 Manifes Kebudayaan dan Konferensi Karyawan Pengarang Se Indonesia
Tanggal 17 Agustus 1963 diumumkan “Manifes Kebudayaan” yang disusun dan ditandatangani sejumlah pengarang dan pelukis Jakarta, antara lain H.B Jassin, Trisno Sumardjo, Wiratmo Soekito, Zaini, Goenawan Mohamad, Bokor Hutasuhut, Soe Hok Djin, dan lain-lain.
4
Manifes Kebudayaan:
- Kami para seniman dan cendekiawan Indonesia dengan mengumumkan sebuah manifes kebudayaan yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik kebudayaan nasional kami.
- Bagi kami kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Kami tidak mengutamakan salah satu sektoral kebudayaan di atas sektor kebudayaan lain. Setiap sektor berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan kodratnya.
- Dalam melaksanakan kebudayaan nasional kami berusaha mencipta dengan kesungguhan yang sejujur-jujurnya sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan mengembangkan martabat diri kami sebagai bangsa Indonesia ditengah-tengahnya masyarakat bangsa-bangsa.
- PANCASILA adalah falsafah kebudayaan kami.
(Jakarta, 17 Agustus 1963.)
Manifes ini segera mendapatkan sambutan dari pelosok tanah air. Di pihak lain, manifes itu mempermudah Lekra beserta kampanyenya untuk menghancurkan orang-orang yang mereka anggap sebagai musuh. Namun, pihak manifes pun tidak tinggal diam mereka mempersiapkan konferensi pengarang yang mereka namakan-
5
Konferensi Karyawan Pengarang Se-Indonesia (KKPI). Konferensi ini berlangsung di Jakarta bulan Maret 1964, yang menghasilkan Persatuan Karyawan Pengarang Indonesia (PKPI). Tapi, sebelum PKPI berjalan, Soekarno (presiden saat itu) menyatakan manifes kebudayaan terlarang.
Sajak-sajak demonstrasi yang dikumpulkan Taufik Ismail dalam Tirani dan Benteng (tahun 1966) merupakan dari suatu periode sejak tahun 1966, terbit majalah Horison yang dipimpin Mochtar Lubis, H.B Jassin, Taufiq Ismail, Goenawan Mohamad, Arief Budiman, dan lain-lain. Akhir tahun 1967, majalah sastra dihidupkan kembali dengan pimpinan redaksi H.B jassin, terbit pula majalah cerpen dipimpin Kassim Achmad dan D.S Moeljanto. Sejak Juni 1968 terbit majalah Budaya Djaja yang dipimpin Ilen Surianegara dengan redaksi Ajip Rosidi dan Hariyadi S. Hartowardjojo.
2.3 Para Pengarang Lekra
Kumpulan sajak Sitor Situmorang yang berjudul “Zaman Baru” tahun 1962 diterbitkan oleh organ penerbitan Lekra. Kecuali ruangan kebudayaan dalam surat kabar partai “Harian Rakyat” yang dipimpin oleh NR. Bandaharo, Lekra mempunyai majalah “Zaman Baru” yang dipimpin oleh Rivai Apin. S. Anantaguna dan lain-lain. Beberapa bulan menjelang Gestapu, mereka menerbitkan harian “Kebudayaan Baru” yang dipimpin oleh S. Antaguna, yang dalam penerbitannya selalu dimuat sajak-sajak, cerpen-cerpen, esai-esai dan karangan-karangan lain baik asli maupun-
6
terjemahan karya para anggota Lekra atau bukan.
Paramoedya Ananta Toer yang merupakan salah seorang ketua lembaga seni sastra (Lekra) dan salah seorang anggota pleno Pengurus Pusat Lekra, memimpin ruangan kebudayaan lentera dalam surat kabar “Bintang” (timur) minggu yang resminya ialah koran Partindo.
Di antara golongan nama-nama baru yang untuk pertama kali menulis, ada juga nama-nama yang sudah dikenal sebagai pengarang yang kemudian masuk Lekra. Nama-nama yang sudah dikenal itu antara lain Rivai Apin, S. Rukiah, Kuslan Budiman, S. Wisnu Kontjahjo, Sobron Audit, Utuy T. Sontanz Dadang Djiwapradja, paramoedya Ananta Toer dan lain-lain. Di antara para penulis yang namanya sejak mulai muncuk selaku dalam lingkungan Lekra ialah A.S, Dharta Bachtiar Siagin, bakri Siregar, Hr. Bandaharo, F.L. Risakorta, Zubir A.A, A. Kohor Ibrahim, Amarzam Ismail Hamid, S. Anantaguna. Again Wispi, Kusni Sulang, B.A Simanjuntak, Sugiarti Siswandi, Hadi S dan lain-lain.
 AS Dharta alias Kelana Asmara, alias Klara Akustia alias Yogaswara alias Garmaraputra dan sejumlah alias lagi nama sebenarnya ialah Rodji, lahir di Cibeber, Cianjur tanggal 7 Maret 1923. Ia seorang pendiri Lekra dan menjadi sekretaris jenderalnya yang pertama, ia pernah menjadi anggota konstitutuante sebagai wakil PKI dan dipecat oleh Lekra. Sajak-sajaknya diterbitkan dengan judul “RangsangDetik” tahun 1957 dan karangan-karangan Polemis dengan H.B Jassin.
7
 Bachtiar Siangin banyak menulis Sanoiwara, ia menerbitkan beberapa buku sandiwara, diantaranya Lorong Belakang (1950). Agam Wispi lahir di Idi, Aceh tahun 1934. Mula-mula menulis cerpen dan sajak, kemudian esai dan bentuk-bentuk sastra lain. Sejumlah sajaknya dimuat juga dalam berbagai penerbitan bersama yang dikumpulkan dalam “sahabat” (1959).S.
 Anantaguna (lahir di Klaten tanggal 9 Agustus 1930) mula-mula menulis sajak-sajak tetapi kemudian menulis juga cerpen dan karangan-karangan lain. Sajak-sajak yang diterbitkan dalam kumpulan “yang Bertanah Air Tapi Tidak Bertanah” (1964).
 Sobron Aidit lahir di Belitung 2 Juni 1934 juga mula-mula hanya menulis sajak kemudian juga menulis cerpen dan roman. Sajak-sajak awal (sebelum ia aktif menjadi anggota Lekra) sebagian dimuat dalam kumpulan bersama Asip Rosidi dan S.M. Ardan berjudul “Ketemu di Jalan” (1956). Sejumlah sajaknya dibukukan dalam palang bertempur (1959) sedangkan cerpen dan novel revolusinya diterbitkan dengan judul Derap Revolusi (1962).
 Hadi S. yang nama panjangnya ialah Hadi Sosrodanukusumo terutama menulis sajak yang sebagian telah diterbitkan dengan judul “Yang Jatuh dan Yang Tumbuh” (1954).Penyair Lekra diantara yang muda ialah Amarzan Ismail Hamid (lahir ?) yang kadang-kadang juga menulis cerpen dan esai.
8
2.4 Para Pengarang Keagamaan
Beberapa buku kumpulan sajak dan cerita-cerita karangan para pengarang Kristen yang pernah diterbitkan antara lain “Kidung Keramahan” (1963) kumpulan sajak Soeparwata Wiraatmdja ‘Hari-hari Pertama oleh Gerson Poyk, dan kumpulan sejak malam sunyi (1961) dan basah dan peluh (1962) kedua-duanya buah tangan Fridolin Ukur.
Buku-buku karya sastra yang bernafaskan agama Islam tidaklah diterbitkan oleh lembaga-lembaga atau badan-badan yang ada sangkut pautnya dengan lembaga-lembaga kebudayaan itu kumpulan-kumpulan cerpen dan roman. Kumpulan cerpen dan roman Djamil Suherman yang berdujul “Umi Kalsum” dan “Perjalanan Ke Akhirat” diterbitkan oleh penerbit Nusantara. Kumpulan sajak M. Saribi Afn “Gema Lembah Cahaya” (1964) diterbitkan oleh Pembangunan. Dan kumpulan sajak delapan orang penyair Islam yang berjudul “Manifes” (1963 diterbitkan oleh penerbit Tintamas)”.
Sementara itu orang-orang Katolik mempunyai sebuah majalah bulanan kebudayaan umum yang terbit di Yogyakarta, basis yang terbit sejak tahun 1951, tetapi baru pada paruh kedua tahun lima puluhan memberikan perhatian dan tempat yang lebih banyak buat masalah sastra dan karya-karya sastra.

9
2.5 Sajak-Sajak Perlawanan Terhadap Tirani
Para pengarang dan penyair pun turut serta secara aktif dengan cara menulis sajak-sajak perlawanan terhadap tirani. Diantaranya adalah Tirani dan Benteng oleh Taufiq Ismail, perlawanan oleh Mansur Samin, Mereka Telah Bangkit oleh Bur Rasuanto, Pembebasan oleh Abduk Wahid Sitomorang, Kebangkitan oleh lima penyair mahasiswa Fakultas Sastra, Ribeli yang ditulis oleh Aldiah Arifin, Djohan A. Nasution dan dua pengaduan Lubis, dan sajak-sajak yang lain.
Yang paling penting adalah kumpulan sajak Tirani yang tercetak pada tahun 1966 dan Benteng tahun 1968. Adanya protes sosial dan politik dalam sajak itu menyebabkan H.B. Jassin memperoklamasikan lahirnya ‘Angkatan 66” dalam majalah Horison (1966), yang mengatakan bahwa khas pada hasil-hasil kesusastraan 66 ialah protes sosial dan protes politik. H.B. Jassin mengatakan bahwa pengarang yang masuk “Angkatan 66” adalah mereka yang pada tahun 1945 berumur kira-kira 6 tahun dan pada tahun 1966 berumur 25 tahun, mereka adalah Ajip, Rendra, Yusach Ananda, Bastari Asnin, Hartoyo Andangdjaja, Mansur Samin, Sarbini Afn, Goenawan Mohammad. Indonesia O’Galelano, Taufiq Ismail, Navis, Soewardi Idris, Djamil Suherman, Bokar Hulasuhut”. Terhadap ‘Angkatan 66’ ini timbul berbagai reaksi Rachmat Djoko Pradopo di Horison (1967) menyambut ‘Angkatan 66” sastra Indonesia dengan baik, sedangkan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan Arief Budiman lebih menyukai nama ‘Angkatan Manifes (Kebudayaan)”.

10
2.6 Beberapa Pengarang
 B. Soelarto Lahir tanggal 11 September 1936 di Purwarejo. Ia menulis cerpen yang penuh dengan protes dan ejekan dan hanya catatan-catatan mengenai situasi politik dan sosial. Dramanya yang berjudul Domba-Domba Revolusi mendapat reaksi dari orang-orang Lekra. Kemudian drama itu ditulis dalam bentuk novel yang berjudul Tanpa Nama oleh Nusantara tahun 1963. Balai Pustaka juga menerbitkan sramanya yang berjudul Domba-Domba Revolusi (1968).
 Bur RasuantoLahir di Palembang, 6 April 1937. Ia menulis sajak, esai dan roman. Tahun 1967 ia pergi ke Vietnam menjadi wartawan Perang Harian Kami. Cerpen-cerpennya dikumpulkan dalam Bumi Yang Berpeluh (1963) dan Mereka Akan Bangkit (1964). Sajak-sajaknya berjudul Mereka Telah Bangkit diterbitkan dengan stensil. Romannya berjudul Sang Ayah (1969), dan Manusia Tanah Air.

 A. Bastari Asnin Lahir tanggal 29 Agustus 1939 d Muara Dua, Palembang. Ia bekerja sebagai anggota redaksi Harian Kami. Cerpen-cerpennya diterbitkan berupa buku dalam dua kumpulan yaitu Ditengah Padang dan Laki-Laki Berkuda.
 Satyagraha Hoerip Soeprobo Lahir di Lamongan 7 April 1934, ia banyak menulis cerpen dan esai tentang kebudayaan. Romannya Sepasang Suami Istri melukiskan kehidupan seorang suami politikus. Ia juga pernah menulis buku berupa
11
cerita wayang berjudul Resi Bisma. Tahun 1969, ia muncul sebagai editor sebuah buku Antologi Eser Sekitar Persoalan-Persoalan Sastra yang memuat esai karya Asrul Sani, Iwan Simatupang, Goenawan Mohamad, Arief Budiman, dan lain-lain.
 Gerson PoykLahir di Namodale, Pulau Roti, 16 Juni 1931. Buku pertamanya sebuah roman pendek berjudul Hari-Hari Pertama (1964). Ia menjadi wartawan surat kabar Sinar Harapan, Jakarta. Pengarang-pengarang kita seperti Fas Siregar menerbitkan kumpulan cerpen berjudul Harmoni dan roman Terima Kasih. LC. Bach menerbitkan sebuah riman yang berjudul hari Membaja. Djumri Obeng menerbitkan roman yang berjudul Dunia Belum Kiamat. Poernawan Tjonsronagoro menerbitkan Mendarat Kembali dan Mabuk Sake. Rosidi Amir menerbitkan Jalan yang Tak Kunjung Datat. Zen Rosidy menerbitkan cerpen berjudul Cinta Pertama. Tabrin Tahar menrbitkan Guruh Kering. Maria Madijah menulis roman Kasih di Medan Perang. Di majalah Sastra dan Horison juga ada beberapa pegnarang baru, misalnya Zulidahlan, Umar Kayam, Danarto, Muh. Fudali, Julius Sijaranamual, dan lain-lain yang belum mendapat kesempatan untuk mencetak cerpen-cerpen mereka menjadi buku.
2.7 Beberapa Penyair
 Taufiq Ismail Lahir tahun 1937 di Bukit Tinggi dan dibesarkan di Pekalongan. Beliau mulai mengumumkan sajak-sajak, cerpen-cerpen dan esai-esainya
12
sejak tahun 1954. Baru pada awal tahun 1966 ia muncul ke permukaan ketika karyanya berjudul “Tirani” berisi sajak-sajak diumumkan di tengah-tengah demonstrasi para mahasiswa dan pelajar yang menyampaikan “Tritura”. Dalam karyanya ini, beliau memakai nama samaran Nur Fadjar. Sajak-sajak itu berjumlah 18 dan dituliskan dalam waktu seminggu, antara tanggal 20 dan 28 Februari 1966 dan diterbitkan pertama kali di Majalah Gema Psycholohi. Kali ini Taufiq sudah terang-terangan mengumumkan namanya sendiri. Antara tanggal 20 sampai 28 Februari 1966 di Jakarta terjadi peristiwa-peristiwa penting.
Peristiwa di Sekretariat negara (penembakan dan beberapa orang mahasiswa terluka) direkamkan dalam sajak ‘Sebuah Jaket Berlumur Darah’, ‘Harmoni’, ‘Jalan Segara’. Penembakan Arif Rahman Hakim direkamkan dalam sajak ‘Karangan Bunga’, Salemba’, ‘Percakapan Angkasa’, ‘Aviasi’, dan ‘Seorang Tukang Rambutan pada Isterinya’. Sajak-sajak yang dimuat dalam “Benteng” tak jauh beda dengan yang dimuat dalam “Tirani”. Hanya dalam Benteng pikiran sudah lebih banyak bivara. Dalam sajaknya ‘Rendezvous’, Taufiq yakin bahwa tugas yang ketika itu sedang dilakukannya ialah tugas sejarah yang tak bisa dielakkan. Maka tujuan dan cita-cita yang lebih terperinci dirumuskannya dalam ‘Yang Kami Minta Hanyalah’, ‘Refleksi Seorang Pejuang Tua’, ‘Benteng’, dan ‘Nasihat-nasihat Kecil Orang tua pada Anaknya Berangkat Dewasa’.

13
Contoh Sajak Karya Taufiq Ismail;
Siapakah Laki-laki yang rebah ditaman ini
Yang hanya bertanda pada matahari
Yang tak bercerita tentang rumah dan ank-anaknya
Yang berwasiat kepada lapar semesta kita?
Siapa laki-laki yang rebah ditaman ini
Tidak akankah aku mengerti
Ketika kita, seratus juta
Mengertinya tanpa makna
 Goenawan Mohamad Goenawan lahir di Pekalongan tahun 1942 dikenal sebagai penulis esai yang tajam dan penuh dengan kesungguhan. Tetapi ia pun sebenarnya seorang penyair berbakat dan produktif. Sajak-sajaknya banyak tersebar dalam majalah-majalah. Sajak-sajak itu mempunyai suasana muram sepi menyendiri. Kesunyian manusia di tengah alam sepi tanpa kata banyak menjadi temannya, misalnya ‘Senja pun Jafi Kecil, Kota pun jadi Putih’ (Horison 1966). Tetapi, ia juga

14
menaruh perhatian kepada masalah-masalah sosial dan kehidupan sekelilingnya. Misalnya sajak ‘Siapakah Laki-laki yang Roboh di Taman ini ?’ (Basis 1964)
 Penyair-penyair lain
 Saini K.M (lahir di Sumedang pada tanggal 16 Juni tahun 1938) banyak menulis sajak-sajak yang dimuat majalah-majalah sekitar tahun enam puluhan. Selain itu, beliau juga menulis cerpen dan esai serta menerjemahkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya, bahasa Sunda. Kumpulan sajaknya “Nyanyian Tanah Air” (tahun 1968) memuat sepilihan sajak-sajaknya.
 Sapardi Djoko Damono menulis sajak yang kesederhaan pengucapannya langsung menyentuh hati. Sajak-sajak yang ditulisnya tahun 1967-1968 diterbitkan akhir 1969 dengan judul “Duka Mu Abadi”. Wing Kardjo Wangsaatmadja (lahir di Garut pada tanggal 23 April 1937) sudah menulis sajak pertengahan tahun lima puluhan
 Budiman S. Hartojo (lahir di Solo pada tanggal 5 Desember 1938) juga banyak menulis sajak-sajak dalam berbagai majalah. Demikian pula Piek Ardiajnto Suprijadi, Arifin C. Noer, Abdulhadi W.M, Indonesia O’Galelano, Sanento Juliman, Darmanto Jt, dan lain-lain.

15
2.8 Para Pengarang Wanita
 Titie Said (Ny. Titie Raja Said Sadikun) adalah seorang wanita yang banyak menulis cerpen. Ia dilahirkan di Bojonegoro, 11 Juli 1935. Titie Said pernah menjadi anggota redaksi majalah Wanita. Cerpen-cerpennya kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul “Perjuangan dan Hati Perempuan” (1962). Sebagian besar dari cerpen-erpen yang dimuat dalam buku itu mengisahkan perjuangan dan perasaan hati perempuan. Cerpen-cerpennya “Maria” dan “Kalimutu” merupakan cerpen-cerpen terbaik yang dimuat dalam buku tersebut.
 S. Tjahjaningsih muncul dengan sebuah kumpulan cerpennya “Dua Kerinduan” (1963). Kebanyakan cerpennya belum meyakinkan kita akan kematangannya. Yang dia berikan tidak lebih dari hanya harapan untuk masa depan.
 Sugiarti Siswandi banyak menulis cerpen yang dimuat dalam lembaran-lembaran penerbitan Lekra. Kumpulan cerpennya “Sorga di Bumi” terbit tahun 1960. Disamping itu masih banyak lagi cerpen-cerpennya yang lain belum dibukukan.

 Ernisiswati Hutomo banyak menulis cerpen yang antara lain dimuat dalam majalah Sastra. Tetapi belum ada yang dibukukan. Demikian juga dengan Titis Basino yang menulis cerpen dengan produktif dalam cerpen-cerpen Titis banyak dilukiskan sifat dan tabiat wanita yang kadang-kadang tak terduga, merupakan
16
misteri. Enny Sumarjo (lahir di Blitar pada tanggal 21 November 1943) terutama banyak mengumumkan buah tangannya berupa cerpen di daerah (Yogyakarta, Semarang). Kini ia telah menrbitkan sebuah roman berjudul “Sekeping Hati Perempuan” (1969).
 Susy Aminah Aziz (lahir di Jatinegara tahun 1939) telah berhasil menerbitkan sejumlah sajaknya dalam kumpulan berjudul “Seraut Wajahku” (1961). Tetapi sajak-sajak itu tak lebih dari pada hanya menjanjikan kemungkinan saja, seperti juga dengan sajak-sajak Dwiarti Mardjono yang dimuat dalam majalah sastra.

 Isma Sawitri dilahirkan di Langsa, Aceh, tanggal 21 November 1940. Sajak-sajaknya banyak dimuat dalam majalah Sastra, Indonesia dan majalah-majalah lain pada awal tahun enam puluhan. Kumpulan kwatrinnya yang diberinya berjudul “Kwatrin” terdiri dari lebih 100 buah, sedang menunggu penerbitannya. Sambil terus mengikuti kuliah di jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta ia lama menjadi anggota redaksi surat kabar Angkatan Bersenjata, kemudian pindah ke Pedoman.
 Toety Heraty Noerhadi yang kalau menulis mempergunakan Toety Heraty, dilahirkan di Bandung tahun 1934, baru mulai mengumumkan sajak-sajaknya pada tahun 1967 dalam Horison. Ia merupakan seorang sarjana psikologi yang disamping menulis sajak juga menulis esai.
17
2.9 Drama
Penulisan drama pada masa dulu lebih banyak dimaksudkan sebagai drama bacaan, sedang drama baru lebih erat hubungannya dengan pementasan. Para penulis drama kebanyakan ialah orang-orang yang aktif dalam bidang pementasan, baik sebagai sutradara maupun pemain. Contoh pengarang drama:
1.Mohamad Diponegoro seorang ketua group drama teater muslim di Yogyakarta. Contoh karyanya antara lain : Iblis, Surat pada Gubernur. Dia juga dikenal sebagai penulis cerpen dan penerjemah ayat-ayat
Alquran secara puitis. Namun sampai sekarang karnyanya belum diterbitkan.
2. M. Yunan Helmy Nasution ketua Himpunan Seniman Budayawan Islam(HSBI).
3. Saini K.M seorang penyair juga pemain teater Perintis Bandung.
4. B. Soelarto dengan karyanya Domba-domba Revolusi.
5. Arifin C. Noer aktif di teater Muslim dan group drama di Yogyakarta tahun 1968 dia pindah ke Jakarta dan membentuk Teater kecil.dua aktif sebagai sutradara dan pemain. Ia banyak menulis sajak, drama, kritik dan esai. Bahkan dramanya yang berjudul “Matahari di sebuah Jalan Kecil” dan “Nenek Tercinta” mendapat hadiah sayembara penulisan drama teater Muslim tahun 1963.
18
2.10 Esai
Pada angkata 45 para penulis esai dapat dihitung dengan jari. Setelah itu bermunculan penulis-penulis esai dan yang paling dikenal Iwan Simatupang. Dia banyak melontarkan gagasan-gagasan dan perspektif-prespektif baik. Namun esai-esai yang ada dalam malajah-majalah yang pertama memuatnya hampir semua terbenam. Kumpulan esai tentang persoalan sastra telah diterbitkan oleh Setyagraha Hoerip Soeprobo dengan judul “Antologi Esai sekitar persoalan Sastra (1969).
3.1 KARAKTERISTIK PENGARANG ANGKATAN 1961- SEKARANG
Salah satu ciri yang menonjol pada angkatan 1961- sekarang yaitu Seorang Pendiri Lembaga kebudayaan Rakyat (LEKRA) dan sebagai Sekretris Jenderal pertama yaitu A.S Dharta yang menganut paham “ Humanisme Universal” karena dianggap sebagai filsafat kaum borjuis kapalitas yang bobrok. Adapun pengarang seperti B.Soelarto ia menulis cerpen yang isinya penuh dengan protes dan ejekan mengenai situasi politik dan sosial pada waktu itu.
Serta lahirnya pengarang-pengarang lain seperti Saini, K.M sajak-sajaknya lebih mengetengahkan kepada cinta tanah air. Dan juga lahirnya penngarang wanita yang kemudian cerpen-cerpennya itu dikumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul “ Perjuangan dan Hati Perempuan.
19
Drama pada angkatan 1961-sekarang lebih mengetengahkan kepada teater musim salah satunya adalah Moh.Diponegoro seorang ketua group drama teater muslim di Yogyakarta. Sedangkan para penulis essai pada angkatan 1961-sekarang banya k berunculan dibandingkan pada angkatan 45 salah satunya adalah Iwan Simatupang dia terkenal karena banya k melontarkan gagasan-gagasan serta perspektif-perspektif baik.










KESIMPULAN
Pengarang-pengarang pada angkatan tahun 1961-sekarang selain sebagai sastrawan, juga sebagai politikus yang mempunyai pandangan dan kesadaran politik. Salah satu ciri yang menonjol pada angkatan 1961-sekarang yaitu terbentuknya Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) pada tahun 1950, dan sebagai jenderal sekretaris yang pertama yaitu A.S Dharta. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1963 diumumkan “Manifies Kebudayaan”yang disusun dan ditanda tangani oleh sejumlah pengarang dan pelukis sejakarta.
Serta lahirnya penyair-penyair lain seperti Saini K.M selain itu juga beliau menulis cerpen dan essai serta mentrrjemahkannya dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda, salah satu kumpulan sajaknya yaitu “Nyanyian Tanah Air” ( 1968), dan juga lahirnya pengarang-pengarang wanita yang kemudian cerpen-cerpennya itu dikumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul “Perjuangan hati dan Hati Perempuan.(1962).
Drama pada angkatan 1961-sekarang lebih mengetengahkan kepada teater musim salah satunya adalah Moh.Diponegoro seorang ketua group Drama Teater muslim di Yogyakarta. Sedangkan para penulis essai pada angkatan 1961-sekarang banyak berumunculan dibandingkan pada angkatan 45 salah satunya adalah Iwan Simatupang dia terkenal karena banyak melontarkan gagasan-gagasan serta perspektif-perspektif baik. 20

About Me

Foto Saya
Teni Setiani
ciamis, jawa barat, Indonesia
Motto hidup saya adalah "Tidak ada kata terlambat untuk bangkit, ayo berjuanglah !!!"
Lihat profil lengkapku